Sayu matanya menatap
malam
Gelora semangatnya telah
lama padam
Kini duduk terdiam
memanggul derita
Menengadah bisu di sudut
kota
Bersimbah pilu di usia
senja
Jauh harapan bersahaja –
akal t’lah dijerang amarah
Habis tak tersisa dari
tangan-tangan kekarnya yang kini menyerah
Lelah pada keadaan
Lelah pada harapan
Gurat wajahnya
mengukirkan segala emosi yang pernah singgah
Potret ketidakberdayaan
akan jiwa yang takkan lagi tergugah
Mata tuanya
menghamparkan isi jiwa – segala penat dan keputusasaan
Tubuh rentanya beradu
dalam ketidakpastian
Andai mati semudah
melepas keimanan…
Empat-lima botol bekas
hanyalah kekayaannya
Penghargaan tertinggi
atas perjuangan hidup-matinya
Memakan nasi dari
got-got para kapitalis di sana yang berdiri menertawakannya
HINA DIRINYA!!
LAKNAT JAHANAM!!
Malam ini, hanya tongkat
kayu sebagai sandaran
Hela napas kekecewaan
menundukannya di peraduan
Terkhianati hari yang
kembali padam
Diperdaya harapan yang
kini ditelan malam
Darah tak lagi
mengalirkan semangat
Rebah tubuh tak sanggup
berbuat
Malam di sudut kota kini
bersaksi
Saksi lepasnya derita –
bukti cinta dalam kekecewaan sang Pencipta
Terpejam – kini pria tua
itu selamanya…
- A.K.N. -
No comments:
Post a Comment