Jika caramu memandang
cinta berdasar pada apa yang diciptakan orang lain, itu bukan cinta.
Menjadi ideal karena
semata-mata pemikiran orang lain, itu bukan cinta.
Cinta melihat dengan
mata hati sendiri – bukan dengan orang lain.
Pandanglah ia seperti
apa yang kau rasakan – bukan apa yang mereka katakan.
Rawatlah ia seperti apa
yang kau inginkan – bukan apa yang mereka contohkan.
Cinta seperti apa kita
merasa dan memandangnya.
Ikuti kata-kata mereka,
maka takkan kau temukan kebahagiaanmu.
Lakukan yang mereka
contohkan, maka kau akan membelenggu cintamu.
Seperti keledai, mereka
menuntunmu ke satu arah.
Mereka yang berbicara
tentang idealisme cinta.
Mereka yang menggurui
tentang bagaimana cinta seharusnya diperlakukan.
Mereka yang menghakimi
cinta yang tak mereka miliki.
Mereka.
Para penjual opini
cinta.
Para penyair sajak-sajak
cinta bertutur ratna mutu manikam yang menjual mati-matian karyanya.
Para tolol berlagak dewa
yang menggariskan apa yang seharusnya dilakukan cinta.
Ikuti mereka.
Maka hanya akan ada
kepalsuan yang diatas-namakan cinta dalam hatimu.
Bahagia dalam dunia
dengan aturan-aturan cinta yang mereka buat?
Bukan begitu caraku
memperlakukan cinta.
Aku menghidupkan cintaku
di dalam dunia dengan aturan-aturanku – bukan aturan mereka.
Aku tak berharap kau
juga begitu.
Aku tak berharap
kau-yang-mengagungkan-teori-teori-cinta-mereka juga begitu.
Untuk apa mencintai
cinta yang jiwanya terbelenggu oleh gemerlapnya idealisme cinta orang lain?
Menghamba dengan pongkah
terhadap nilai-nilai yang mereka sebarluaskan.
Aku tak berharap kau
menjadi sepertiku.
Aku tak berharap
kau-yang-memuja-nilai-nilai-cinta-mereka menjadi sepertiku.
Karena di saat kau
tanggalkan prinsip kebebasanmu dalam mencintai cinta,
Di saat itulah kututup
duniaku untukmu.
- A.K.N. -