12/30/2014

Pengagum Rahasiamu

Kau sangatlah indah dan mempesona
Senyum indahmu itu membuat hari-hariku terasa sempurna
Sampai aku tak dapat membandingkanmu
Bahkan Aphrodite pun iri akan kecantikanmu

12/27/2014

Aporia

Jika caramu memandang cinta berdasar pada apa yang diciptakan orang lain, itu bukan cinta.
Menjadi ideal karena semata-mata pemikiran orang lain, itu bukan cinta.

Cinta melihat dengan mata hati sendiri – bukan dengan orang lain.
Pandanglah ia seperti apa yang kau rasakan – bukan apa yang mereka katakan.
Rawatlah ia seperti apa yang kau inginkan – bukan apa yang mereka contohkan.

Cinta seperti apa kita merasa dan memandangnya.
Ikuti kata-kata mereka, maka takkan kau temukan kebahagiaanmu.
Lakukan yang mereka contohkan, maka kau akan membelenggu cintamu.

Seperti keledai, mereka menuntunmu ke satu arah.
Mereka yang berbicara tentang idealisme cinta.
Mereka yang menggurui tentang bagaimana cinta seharusnya diperlakukan.
Mereka yang menghakimi cinta yang tak mereka miliki.

Mereka.
Para penjual opini cinta.
Para penyair sajak-sajak cinta bertutur ratna mutu manikam yang menjual mati-matian karyanya.
Para tolol berlagak dewa yang menggariskan apa yang seharusnya dilakukan cinta.

Ikuti mereka.
Maka hanya akan ada kepalsuan yang diatas-namakan cinta dalam hatimu.

Bahagia dalam dunia dengan aturan-aturan cinta yang mereka buat?
Bukan begitu caraku memperlakukan cinta.
Aku menghidupkan cintaku di dalam dunia dengan aturan-aturanku – bukan aturan mereka.

Aku tak berharap kau juga begitu.
Aku tak berharap kau-yang-mengagungkan-teori-teori-cinta-mereka juga begitu.

Untuk apa mencintai cinta yang jiwanya terbelenggu oleh gemerlapnya idealisme cinta orang lain?
Menghamba dengan pongkah terhadap nilai-nilai yang mereka sebarluaskan.

Aku tak berharap kau menjadi sepertiku.
Aku tak berharap kau-yang-memuja-nilai-nilai-cinta-mereka menjadi sepertiku.

Karena di saat kau tanggalkan prinsip kebebasanmu dalam mencintai cinta,
Di saat itulah kututup duniaku untukmu.



-  A.K.N.  -

12/25/2014

Angkuh

Malam ~ aku merajam diamku geram terpaku.
Pelangi melintang, rasi bintang menemani hilang.
Aku merengkuh, aku angkuh, aku acuh.
Tak sadar otak sukar tampak samar.

Diskusi Beda Warna

Perundingan dewasa ini cukup bijak, kukatakan “benar”, namun aku harus tegas medayung melawan arus dengan perlahan.

Terang Hati Malamku

Sayup-sayup mata seolah-olah menolak matahari terbit, rupanya aku terlalu menikmati bulan

12/24/2014

Kita

Cinta bertanya siapa yang terlunta
Aku berkata “kita”
Diantara kota yang tak ada muara
Kita tanggung bising suara

12/10/2014

Rasa

Rembulan bersinar mewah – gemerlap indah
Lukiskan bayang dalam euforia terindah
Polos tercetak di atas s’gala kebanggaan
Melebur dalam imaji kesempurnaan

Sendiri

Aku tahu kali ini hujan datang
Ditemani sisa siang yang tak terang
Aku merasa sepi ditengah kerumun yang datang
Hanya separuh kopi yang menantang
Saat semua orang tertawa riang
Menganggap yang kuat akan terbuang

11/24/2014

Cinta Terpendam

Hampir ku sadar
Akan rasa hadir
Lembut sangat pasti
Menyelinap di lubuk hati

11/23/2014

Binatang

Anjing telanjang dengan jalang
Monyet tercengang melirik lancang
Genderang perang tak melarang
Lucuti sayang dibelah parang
     
                Anjing dinikmati dosanya
                Monyet terinjak kerdil jiwanya
                Seperti mati terlihat indah
                Dari anjing dan monyet kehilangan arah

Anjing menjulur lidah air liur terkucur tak teratur
Monyet nampak terbelalak, teriak tak bisa beranjak

                Anjing mengaung dari surga berkabung
                Monyet mematung tak lagi bergelantung
                Panas membakar terasa lapar
                Sampai pengantar menidurkan depan altar



-  Nnd  -

11/21/2014

Hujanku

Sayang.

Aku bukan terlalu melankolis saat hujan datang
Aku hanya senang hujan, pujaan hatiku datang
Sorak-sorai berderai
Tanah pun seperti bertemu kekasih hati yang pergi    

11/05/2014

THE WORD OF SUN


HUNT THE BRIGHT IN THE LIGHT

WITHOUT EXPLAINATION

Awas Aku Pemulung!

Ketika fajar urung muncul

Bersiap ku melangkah terjal
Panas hujan selalu mengusikku
Namun kutepis dan berlalu

11/02/2014

Harapan di Sudut Kota


Sayu matanya menatap malam
Gelora semangatnya telah lama padam
Kini duduk terdiam memanggul derita
Menengadah bisu di sudut kota
Bersimbah pilu di usia senja
Jauh harapan bersahaja – akal t’lah dijerang amarah
Habis tak tersisa dari tangan-tangan kekarnya yang kini menyerah
Lelah pada keadaan
Lelah pada harapan